Badai mempengaruhi migrasi gajah


Para peneliti melacak perubahan rute migrasi, yang mereka harap akan membantu menghentikan perburuan gading

Penelitian baru, yang dipimpin oleh University of Virginia, telah mengungkapkan bahwa gajah memiliki radar, yang mampu mendeteksi badai lebih dari 150 mil jauhnya.

Meskipun fitur ini mungkin tidak praktis, para peneliti berharap kemampuan gajah untuk mencegah cuaca akan membantu menyelamatkan mereka dari pemburu liar.

Hewan ini dapat mendengar suara dengan frekuensi sangat rendah, suara yang berada di luar jangkauan pendengaran manusia. Ini adalah salah satu cara mereka berkomunikasi satu sama lain. Badai petir menghasilkan suara berfrekuensi rendah, apakah itu guntur atau suara tetesan air hujan yang menghantam tanah. Para ilmuwan belum mengetahui komponen apa yang didengar gajah, tetapi mereka yakin mereka mendeteksi suara tertentu yang memberi tahu mereka bahwa hujan akan datang.

Tim peneliti internasional telah mengamati migrasi mendadak ini, tetapi belum dapat menentukan apa yang menyebabkannya. Dengan lebih baik menentukan di mana gajah berada dan ke mana mereka pergi, akan lebih mudah untuk memantau mereka dan menjaga mereka tetap aman dari perburuan.

Para ilmuwan melacak pergerakan kawanan yang berbeda selama tujuh tahun dan menemukan bahwa gajah terus-menerus mengubah arah mereka selama musim hujan di Namibia. Mereka menggunakan data dari sembilan gajah yang membawa perangkat GPS, masing-masing gajah milik daerah kawanan yang berbeda.

Setelah kemarau panjang, gajah-gajah membutuhkan hujan, sehingga mereka mengubah arahnya untuk menemui air sesegera mungkin.

Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa pemburu gading membunuh sekitar 100.000 gajah Afrika antara 2010 dan 2012, sehingga para peneliti berharap temuan ini akan membantu mengurangi jumlah ini.

Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal khusus PLOS One.

Related Posts