Monyet belajar adat istiadat setempat

Dikatakan bahwa ke negara mana pun Anda pergi, lakukan apa yang Anda lihat. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa monyet menerapkan filosofi yang sama

Dikatakan bahwa ke negara mana pun Anda pergi, lakukan apa yang Anda lihat. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa monyet menerapkan filosofi yang sama. Manusia bukan satu-satunya spesies yang mampu beradaptasi dengan budaya dan makanan yang berbeda untuk berintegrasi. Kemampuan langka pada hewan ini termasuk dalam fenomena yang disebut “transmisi budaya”.

Profesor Andrew Whiten, dari Universitas St. Andrews di Inggris, mempelajari perilaku monyet vervet liar di Afrika Selatan. Penemuannya dapat membantu menjelaskan asal mula keinginan manusia untuk belajar tentang adat dan budaya lokal ketika menemukan tempat-tempat baru.

Monyet vervet ( Choroccebus pygerythus), hanya monyet vervet, tersebar luas di Afrika sub-Sahara. Dikenal oleh penduduk setempat sebagai ‘tumbili’, tumbuhan ini sangat melimpah di pepohonan di beberapa bagian Afrika Selatan sehingga bahkan dianggap sebagai hama.

Selama penelitian, Whiten dan timnya menyediakan dua kelompok primata dengan kotak-kotak jagung yang diwarnai, baik biru atau merah muda. Biji jagung berwarna biru mengandung rasa yang tidak enak, sehingga monyet-monyet tersebut hanya belajar untuk memakan jagung merah muda saja. Dengan berlalunya waktu, generasi baru bayi lahir. Mereka juga diberi jagung biru dan merah muda, tetapi tanpa perasa. Meski begitu, di kedua kelompok mereka mewarisi pengetahuan orang tua mereka dan membatasi diri hanya makan biji-bijian merah muda.

Namun, ketika anak anjing jantan tumbuh dewasa, mereka meninggalkan keluarga mereka untuk mencari kelompok baru. Mereka bergaul dengan monyet yang, tidak seperti mereka, telah dilatih dengan cara yang sama untuk hanya makan jagung biru. Anehnya, anggota baru mengubah preferensi lama mereka agar sesuai dengan preferensi grup.

Menurut Whiten, kemampuan beradaptasi pejantan yang bermigrasi mengungkapkan pentingnya pembelajaran sosial bagi primata ini. Bahkan melampaui manusia yang biasanya terhambat oleh konformitas.

Related Posts